Wednesday, August 5, 2015

Anakmu Bukan Milikmu



Puisi kontroversial karya Kahlil Gibran...

Anakmu bukanlah milikmu.
Mereka putra-putri Sang Hidup yang rindu akan dirinya sendiri.
Lewat engkau mereka lahir, tetapi bukan dari engkau.
Mereka ada padamu, tetapi bukanlah milikmu.
Berikanlah mereka kasih sayangmu, namun jangan sodorkan pemikiranmu.
Sebab mereka punya alam pikiran sendiri.
Patut kau berikan rumah bagi raganya, namun tidak bagi jiwanya.
Sebab jiwa mereka adalah penghuni rumah masa depan, yang tidak dapat kau kunjungi, bahkan tidak di dalam mimpimu.

Kau boleh berusaha menyerupai mereka, namun jangan membuat mereka menyerupaimu.
Sebab kehidupan tidak pernah berjalan mundur. 
Ataupun tenggelam di masa lampau.
Engkaulah busur, yang melepaskan anak panah kehidupan.
Sang Pemanah membidik sasaran dalam ketakterbatasan.
Dia merentangmu dalam keperkasaan-Nya, agar panah melesat jauh dan cepat.

Bersukacitalah dalam rentangan tangan Sang Pemanah.
Sebab Ia mengasihi anak panah yang melesat laksana kilat, sebagaimana Ia mencintai busur yang kuat.



kita, dua jiwa berbeda
yang dipersatukan semesta
dalam ikatan yang kuat dan nyata

kau adalah cerminku di dunia
padamulah aku berkaca
belajar memahami dan menerima realita

dan sepanjang perjalanan waktu
aku berteguh dalam sekat paradigmamu
mencoba menemukanku dalam gambaranmu
namun ternyata, aku bertemu citraku tak hanya lewat cerminmu

tak mengapa kan, Mama...
bila dengan penemuan ini, aku mampu mengerti arti "sempurna"
yang mungkin tak ada dalam kamusmu atau mereka
janganlah kau artikan, Mama...
bahwa ini akhir masa kita

lagu kita tak harus sama
dengan alunan kasih, kita tetap satu nada
bila dikatakan, hidup adalah pilihan,
kini aku memilih hidup sebagai aku.. simple saja.

aku menjadi diriku, Mama, tak berarti kau terlupakan.
aku memilih jalanku, Mama, tak berarti kau kuabaikan.
sayangku untukmu, Mama, tetap untuk selamanya.



#Lelah? 
Jujur..iya. Tapi setiap saya ingin pergi dan berhenti, hati meminta berjuang lagi. Dan logika berkata masa cuma segini..? Jadi saya kembali. Logika memang tahu bagaimana membuat keputusan yang "benar", tapi hati tahu mana yang membuat bahagia bahkan jika itu keputusan yang "salah". -- Dee.